
Pilih sukses atau gagal. Sumber foto: http://ashleybolivar.com/1647/why-am-i-a-failure/
Saya pernah nonton film puluhan tahun lalu, lupa judulnya. Dalam film itu ada seorang penjual dagangan eceran dan bilang, “Semua orang sukses dan kaya di dunia ini adalah penjual…”
Kata-kata itu begitu melekat dalam benak saya. Sebuah kalimat sederhana yang diucapkan oleh seorang tokoh yang mewakili masyarakat pinggiran namun begitu mengena. Saya berpendapat, apa yang diucapkan itu ada benarnya.
Penjual dalam hal ini tentu saja bermakna luas. Bisa barang, jasa atau ketrampilan. Mereka itu tidak bekerja pada orang lain dalam memperoleh penghasilan. Mereka adalah pengusaha dan penjual.
Jika bekerja untuk orang lain, gaji yang akan diperoleh secara relatif pastinya dalam jumlah konstan. Kalau beruntung bisa bekerja dengan gaji besar, hidup akan kecukupan bahkan bisa lebih dari cukup. Tergantung pola hidup dan budaya menabungnya. Seseorang yang bekerja untuk orang lain kekayaannya terbatas pada jumlah gajinya. Tidak mungkin lebih dari itu, sekeras bagaimanapun ia bekerja dan menabung tetap ada keterbatasan. Kecuali sambil korupsi.
Lain halnya dengan seorang penjual, kekayaannya bisa tidak terbatas. Semakin ia pintar dalam menjual semakin kaya. Contoh-contoh orang kaya karena pintar dalam berjualan itu bisa kita ambil dari orang-orang sekitar kita. Banyak jumlah mereka sehingga sangat mudah untuk dicomot. Kalau kita lihat orang kaya, kita hampir secara pasti tahu bahwa orang itu pastilah kebanyakan seorang pengusaha, penjual sesuatu yang sukses.
Jika kita lihat orang kaya di dunia memang rata-rata adalah seorang yang piawai dalam hal jual menjual. Carlos Slim Helú, orang terkaya sedunia dari Mexico adalah seorang pengusaha telekomunikasi. Bill Gate dari Amerika adalah seorang pengusaha software komputer yang memulai usaha dari gudang di rumahnya. Amancio Ortega dari Spanyol adalah orang terkaya di Eropa yang punya 59% saham di Inditex pengecer baju terbesar di dunia dan pemilik konglomerasi Zara. Warren Buffett dari Amerika adalah pemilik minuman coca cola dan deretan bisnis lainnya. Keempat orang terkaya di dunia itu semuanya pengusaha yang berjualan sesuatu. (Lihat 100 daftar orang terkaya di dunia menurut Bloomberg di: http://topics.bloomberg.com/bloomberg-billionaires-index/)
Kalau ditanya, siapakah yang benar-benar pingin kaya raya? Pasti banyak dari kita pingin kaya. Tapi kalau ditanya kembali, seberapa kaya? Saya kira pasti akan banyak yang bilang, “Asal kebutuhan hidup kecukupan.” Kita mencoba bersikap realistis dengan keadaan.
Saya kira pendapat tentang kekayaan yang asal cukup itu ciri khas budaya kita, terutama budaya Jawa yang menyarankan pola-pola hidup sederhana dan selalu mencari jalan tengah. Jangan terlalu kaya dan jangan terlalu miskin. Cukup saja. Oleh karena itulah, cita-cita untuk jadi pengusaha tidak begitu diminati. Paling senang kalau bisa jadi pegawai, terutama pegawai negeri. Jadi pegawai negeri itu semacam makan gathot, makanan dari ketela. Digigit-gigit alot. Artinya gajinya relatif tidak banyak tapi rutin, aman dan dapat pensiun.
Namun bukan berarti bahwa kita tidak bisa memulai buka usaha setelah kita dewasa, bahkan setelah pensiun sekalipun. Memulai usaha bisa dilakukan kapan saja. Sambil berjalan, bisa belajar bagaimana agar punya mentalitas pengusaha yang tangguh. Pengalaman bisa menempa kita untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bersedia belajar dari kegagalan-kegagalan.
Cita-cita untuk menjadi pengusaha memang perlu dipupuk sejak usia dini. Karena untuk menjadi seorang pengusaha diperlukan mental tersendiri. Mental untuk mau bekerja keras, selalu melihat keadaan dan kesempatan, pinter mengkalkulasi untung rugi, tidak gampang menyerah dan tentu saja tidak malu untuk bekerja banting tulang dari bawah untuk berjualan.
Kadang terjadi kerancuan berpikir pada banyak orang. Mereka berniat membuka usaha kalau sudah punya modal cukup. Atau ingin menjadi pengusaha modal besar sementara modal yang dipunyai cupet. Dua kutub pemikiran dilematis yang menghambat seseorang untuk memulai usaha baru. Orang enggan memulai bidang usaha dari kecil karena malu dan gengsi. Maunya langsung jadi pengusaha yang bonafide. Padahal kalau dipikir, sebuah bidang usaha akan punya kemungkinan sukses dan bisa memposisikan secara mantap di pangsa pasar jika bidang usaha itu dimulai dari kecil. Menjadi besar dari keadaan di lapangan. Jadi tidak karbitan.
Keperluan akan modal kadang orang cenderung mencari jalan pintas yakni dengan pinjam ke bank atau menawarkan partnership. Dalam mencari modal kadang punya pikiran terbalik, “Beri saya modal, pasti bisnisnya akan sukses. Saya punya segudang pengalaman.” Ini sebuah cara pikir yang salah. Seharusnya memulai usaha bisnis dulu dan membuktikan bahwa usaha tersebut berjalan dengan baik. Baru kemudian diputuskan untuk mencari bantuan permodalan jika memang usahanya ada tanda-tanda berkembang. Pihak bank tidak akan tertarik dengan teori, mereka lebih tertarik untuk menanam modalnya jika sudah ada bentuk konkrit usaha bisnis itu meski kecil. Pihak bank akan menilai dengan lebih obyektif dan realistis jika usaha bisnis itu sudah ada dan sudah berjalan. Bahkan pihak bank bisa memberi masukan berharga dalam hal pengembangan usaha baru itu.
Membuka sebuah bidang usaha diperlukan persiapan matang. Bisa diumpamakan bagai menyambut kelahiran bayi. Jadi harus direncanakan, merawatnya hingga besar dan mempersiapkan masa depannya. Perlu komitmen yang berkesinambungan. Jika tidak ada perencanaan dan komitmen, bisnis usaha biasanya hidup tidak lebih dari dua tahun.
Banyak buku-buku yang membahas bagaimana memulai sebuah bidang usaha baru di pasar. Demikian banyaknya kadang malah bisa membingungkan. Namun garis besarnya yang penting dan perlu dipersiapkan secara mental oleh seorang pengusaha diataranya adalah:
1. Siapkah kita menerima kegagalan
Banyak pengusaha bilang, kalau belum pernah gagal bukan pengusaha namanya. Bagi seorang pengusaha kegagalan adalah cara dalam mencari kesuksesan, cara dalam usaha mencari peluang pangsa pasar. Modal penunjang untuk keadaan darurat bila bisnis usaha itu gagal perlu dipikirkan. Sukses atau tidaknya bidang usaha ditentukan banyak faktor. Namun yang jelas bahwa kesuksesan itu tidak bisa datang seketika. Perlu proses dan ketlatenan dalam merintisnya. Perlu ketenangan berpikir dan selalu mencoba bersikap realistis dengan keadaan pasar.
2. Komitmen
Memulai bidang usaha baru diperlukan komitmen sepenuhnya. Perlu investasi waktu, tenaga, pikiran untuk mengembangkan bidang usaha yang baru dirintis, saat berjalan dan saat berkembang. Jadi komitmen tidak akan pernah berhenti sebelum bisa menggaji orang lain yang punya kompetensi sebagaimana kita kehendaki. Kadang situasi pasar dan keadaan ekonomi makro bisa membuat bisnis usaha berjalan pelan untuk berkembang. Hal ini bisa memicu stress dan kadang disusul oleh keputusan untuk menyerah dan meninggalkan komitmen pada usahanya. Bila itu dilakukan maka keadaan tidak akan makin baik tapi malah bisa tersungkur.
3. Kerja keras
Menjadi pengusaha tidak ada tanggalan merah atau cuti tahunan sebagaimana kerja di kantor atau punya bos lain. Jika kita membuka bidang usaha baru, kita sendirilah yang menjadi bos. Keputusan tindakan tergantung dari kita sendiri. Jika kita tidak bertindak secepatnya tanpa menggantungkan pada orang lain jangan harap bisnis bisa jalan. Jika anda berhenti, uang pun akan berhenti berputar.
4. Pembeli adalah raja
Jenis karakter seorang pemimpin bisa direntangkan dalam dua kutub. Satu kutub adalah seorang pemimpin yang tidak pandai pidato tapi pandai dalam managemen. Dan satu kutub lagi adalah pemimpin yang pinter pidato tapi amburadul skill managerialnya. Jika anda membuka bidang usaha, maka jenis kepemimpinan yang diperlukan adalah pinter pidato dan sekaligus pinter dalam bidang managemen. Yang saya maksud dengan pandai berpidato adalah kemampuan membina relasi baik dengan para pelanggan. Uang tidak jatuh dari langit. Uang datang karena dibawa manusia. Semakin pandai membina relasi maka kemungkinan uang yang akan datang makin besar. Networking amat perlu agar bisa membina relasi secara luas.
5. Minat
“Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, kau tidak perlu lagi bekerja,” demikian kata pepatah. Membuka usaha baru alangkah baiknya jika kita mencintai dengan apa yang kita lakukan sepenuh hati. Melakukan apa yang kita cintai membuat kita selalu punya pikiran positif. Pikiran positif ini amat mendorong kemampuan kita untuk meraih sukses. Tidak gampang merasa lelah dan stress dengan masalah-masalah keseharian dalam mengelola bisnis usaha baru. Tidak gampang dilanda pemikiran tentang kegagalan.
Itulah kira-kira hal hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membuka bidang usaha baru. Mungkin bisa ditambahkan bilamana perlu. Semakin banyak faktor yang ditinjau dan diperhitungkan maka makin siaplah kita menghadapi permasalahan di depan. Dan jangan lupa bahwa peranan bidang usaha menengah dan kecil amat penting bagi kehidupan ekonomi negara. Bidang usaha menengah dan kecil tahan dengan guncangan permainan pasar saham internasional. Merekalah penyelamat ekonomi negara saat mengalami krisis. Bahkan dalam keadaan perang pun, usaha menengah dan kecil ini tetap bernafas dan menggeliat.*** (HBS)